Penambang bekerja di samping tumpukan nikel di Weda Bay Industrial Park di Maluku Utara pada 1 September 2023.
Indonesia dan Tiongkok sedang dalam pembicaraan untuk membangun pusat penelitian dan pengembangan yang didedikasikan untuk pemrosesan nikel, seiring upaya Jakarta untuk mendapatkan lebih banyak nilai dari mineralnya.
Kepala Menteri Perekonomian Airlangga Hartarto mengumumkan kemungkinan kemitraan ini dalam pernyataan pers setelah pertemuannya baru-baru ini dengan Duta Besar Tiongkok untuk Indonesia Lu Kang. Pernyataan pers kementerian mengungkapkan bahwa pendirian pusat penelitian dan pengembangan pengolahan nikel kemungkinan akan melibatkan Universitas Gadjah Mada (UGM) yang berbasis di Yogyakarta dan produsen logam baterai Tiongkok, CNGR.
“Menteri Airlangga [mengatakan kepada duta besar] bahwa dia akan menjajaki kemungkinan UGM dan CNGR untuk bekerja sama dalam pusat penelitian dan pengembangan. CNGR adalah perusahaan yang berbasis di Guangxi yang membanggakan teknologi tercanggih dalam pemrosesan nikel,” demikian bunyi siaran persnya.
Rilis tersebut tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai potensi kemitraan antara UGM dan CNGR. Perseroan telah memiliki basis industri di Morowali yang mulai memproduksi nikel matte pada tahun 2022. Fasilitas CNGR di Teluk Weda juga telah memasuki tahap produksi.
Tiongkok selalu menjadi salah satu investor asing terbesar di Indonesia. Data pemerintah menunjukkan bahwa Indonesia memperoleh investasi asing langsung (FDI) sebesar $1,87 miliar yang berasal dari Tiongkok pada kuartal pertama tahun 2024. Tiongkok berada di peringkat ketiga dalam peringkat investor asing Indonesia pada periode tersebut – bersama Singapura ($4,2 miliar) dan Hong Kong ( $1,89 miliar) mengklaim dua tempat pertama.
Indonesia sedang berusaha mengajak institusi – baik dari dalam maupun luar negeri – untuk berinvestasi dalam pengolahan nikel dan bahan mentah lainnya di dalam negeri. Dalam tiga bulan pertama tahun 2024, Indonesia mencatat investasi senilai Rp 43,2 triliun ($2,9 miliar) terkait peleburan mineral. Sekitar Rp 33,4 triliun dihabiskan untuk peleburan nikel. Sekitar Rp 8,4 triliun merupakan investasi peleburan tembaga dan sisanya Rp 1,4 triliun untuk industri bauksit.
Menurut laporan Survei Geologi AS tahun 2024, Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia, mencapai 55 juta metrik ton. Tambang nikel di Indonesia diperkirakan memproduksi 1,8 juta metrik ton sepanjang tahun 2023. Nikel merupakan andalan dalam produksi baterai kendaraan listrik (EV).